Jumat, 02 Mei 2008

TES UJIAN AKHIR SEKOLAH TIK MATERI WEBBLOG

TES UJIAN AKHIR SEKOLAH TIK MATERI WEBBLOG
Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menginginkan masuk ke fungsional peneliti, Pusbindiklat LIPI menetapkan syarat baru yaitu harus mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional peneliti. Nah pada artikel kali ini saya mencoba memberikan tips dan trik dalam mengikuti diklat fungsional peneliti tingkat pertama, berdasarkan pengalaman mengikuti Diklat Fungsional Peneliti Angkatan 26, 2-22 Juli 2006 di Graha Insan Cita, Depok. Untuk angkatan 27 dan seterusnya, diklat peneliti akan dilaksanakan di Pusbindiklat, Cibinong Science Center, LIPI. Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bekal yang baik untuk rekan-rekan kandidat peneliti baik yang CPNS maupun yang pindah dari fungsional lain.

Perlu diketahui bahwa dalam struktur PNS dikenal 2 jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Sesuai dengan PP No. 16 tahun 1994, ada 97 jabatan fungsional di lingkungan institusi pemerintah, diantaranya adalah peneliti, dosen, perencana, pustakawan, pranata komputer, dsb. Untuk jabatan fungsional peneliti, sesuai dengan Keputusan MENPAN KEP/128/M.PAN/9/2004 (Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya), LIPI ditunjuk sebagai instansi pembina. Sebagai implementasinya LIPI membentuk Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti setingkat eselon 2 untuk mengemban tugas tersebut (Keputusan Kepala LIPI No. 3212/M/2004). Jenjang jabatan fungsional peneliti adalah, pertama, muda, madya dan utama.

Kurikulum diklat fungsional peneliti tingkat pertama terdiri dari 3 mata diklat utama, dengan materi-materinya sbb:

  1. Internalisasi semangat pengabdian, yang terdiri dari pembinaan karir PNS peneliti dan etika peneliti, konsep teknologi dan pengembangan potensi individu
  2. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan, yang terdiri dari pengantar penelitian, penelusuran informasi, usulan penelitian, rancangan penelitian, sumber dan koleksi data, pengeolahan dan analisis data, teknik dan praktek pengumpulan data lapangan, teknik penulisan ilmiah, teknk presentasi
  3. Lain-lain, yang terdiri dari dampak ekonomi penelitian, hak kekayaan intelektual, outbound, test awal dan akhir

Ok, berikutnya saya akan bercerita bagaimana kehidupan diklat selama 3 minggu itu. Sebelumnya, ada beberapa tips dan trik penting supaya sukses dalam mengikuti diklat peneliti adalah:

  1. Anggap bahwa diklat suatu hal positif, menambah teman, jaringan dan sebagai tempat istirahat dari rutinitas keluarga maupun kantor. Olahraga pagi (aerobik) setiap hari selasa dan jumat, juga sangat baik bagi yang sudah melupakan olahraga ;)
  2. Siapapun kita (kadang ada peserta yang pejabat struktural, sudah berumur atau berpengalaman dalam penelitian), posisikan diri sebagai peserta atau siswa yang sedang belajar. Jangan tinggi hati dan berasumsi bahwa pengajar tidak kompeten, atau tidak lebih baik daripada kita. Lepaskan saja semua, anggap baru saja mulai dari kegiatan penelitian.
  3. Persiapkan segala sesuatunya dengan asumsi bahwa kita tidak akan pulang dalam 3 minggu itu (sabtu sore sampai minggu bisa pulang untuk yang rumahnya dekat). Bawa semua data-data penelitian, buku/referensi yang diperlukan, laptop dan ekstensi untuk colokan listrik. Bawa koneksi Internet yang sifatnya mobile (CDMA or GSM) apabila memang mempunyai, karena cukup membantu dalam pencarian data untuk tugas-tugas.
  4. Selalu aktif di kelas, selalu usahakan bertanya sesuatu yang jadi unek-unek. Keluarkan pendapat dengan baik, dengan menggunakan data dan referensi yang baik. Berusaha mengerjakan tugas dengan baik.
  5. Jaga hubungan, kedekatan dan kerjasama dengan peserta lain dan panitia. Jangan pernah menganggap peserta dan panitia adalah orang asing, mereka juga adalah rekan-rekan PNS seperti kita.

bolapingpong.jpgHari pertama setelah dibuka oleh Wakil Kepala LIPI, peserta akan langsung masuk ke materi Outbound (Out of Boundaries). Inti dari kegiatan Outbound ini adalah untuk saling mengenal dan melatih kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Berbagai permainan, diantaranya adalah membentuk tim, menyusun slogan dan yel, menyusun flowchart, melatih brainstorming (silent method dan diskusi), mengeluarkan bola pingpong dari pipa berlobang dengan air, memasukkan paku ke dalam botol dengan tali, dan berbagai permainan lain. Kegiatan outbound berlangsung dua hari.

Hari ketiga dimulailah materi dalam mata diklat 1 (Internalisasi Semangat Pengabdian) dan 2 (Pengembangan Keterampilan dan Pengetahuan). Dimulai dari penjelasan tentang bagaimana pembinaan karir PNS peneliti dan etika peneliti. Kemudian juga menarik untuk secara jujur melihat potensi dan sifat kita (ekstrovet, introvet, dsb) dari materi Pengembangan Potensi Individu.

diskusikelompok.jpgMateri Pengantar Penelitian, Usulan Penelitian, Rancangan Penelitian, Sumber dan Koleksi Data, Pengolahan dan Analisa Data, serta Teknik Penulisan Ilmiah adalah mata diklat utama dan merupakan pengetahuan yang sangat penting bagi seorang peneliti. Materi tersebut memakan waktu 3-4 hari penuh (dari pagi 08:00-21:00) dan disertai dengan berbagai laporan yang harus dikerjakan dan dipresentasikan. Kesempatan bagi yang belum memiliki pengalaman penelitian untuk memahami alur yang dipakai dalam institusi pemerintah dalam pengajuan proposal penelitian beserta formatnya, bagaimana mencari dan mengolah data (berbagai teknik statistika), serta bagaimana menulis makalah ilmiah yang baik. Sambil mengikuti materi-materi utama penelitian ini, kita sudah mulai bisa menulis untuk tugas individu dan mempersiapkan presentasinya. Tema bisa diambilkan dari penelitian yang telah dilakukan baik yang sudah dipublikasikan maupun belum. Saya sendiri membuat tulisan baru yang belum saya publikasikan, pemikiran saya adalah sayang kalau waktu 3 minggu kita mengikuti diklat tidak ada tulisan baru yang bisa kita buat ;)

Setelah kurang lebih seminggu kita mengikuti diklat, kita akan mengunjungi PDII LIPI untuk mengikuti materi dan praktek dalam Penelusuran Informasi Ilmiah. Materi dilanjutkan dengan Dampak Ekonomi Penelitian, Hak Kekayaan Intelektual, Konsep Teknologi, Teknik Presentasi dan Penjelasan tentang Jurnal Widyariset (hasil penelitian individu yang baik akan masuk ke jurnal ini). Tahapan ini mengakhiri seluruh materi kelas mata diklat peneliti. Tidak ada materi lain lagi yang diajarkan. Lho, waktunya tersisa banyak dong? jawabannya adalah tidak, karena waktu-waktu kosong tersebut digunakan untuk bimbingan penulisan individu. Peserta akan didampingi seorang pembimbing yang dekat dengan tema tulisan ilmiah yang diambil. Manfaatkan waktu untuk belajar dari pengalaman menulis pembimbing. Ada kemungkinan pembimbing secara teknis mendetail tidak mengetahui tema kita, tapi sekali lagi yang paling penting kita belajar dari pembimbing tentang struktur, materi, data dan teknik pengolahan data kita gunakan sudah sesuai dan tepat dengan standar penulisan ilmiah yang ada.

survey.jpgPeserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas penelitian kelompok. Tema penelitian bisa kita pilih dan usahakan pengambilan data dapat cepat kita lakukan di sekitar tempat diklat peneliti diadakan. Beberapa contoh tema misalnya:
1. Dampak ekonomi kenaikan BBM pada supir angkot trayek XX Cibinong
2. Hubungan acara tv dan prestasi siswa kelurahan XX Cibinong
3. Dampak ekonomi dan sosial akibat pembangunan jalan tol XX di YY

Tiga hari terakhir akan diisi dengan ujian akhir, presentasi dari hasil penelitian kelompok, dan presentasi dari penulisan ilmiah individu.

romi-dikatpeneliti-penghargaan.jpgKetika bapak Sestama (Sekretaris Utama) LIPI sudah datang dan memberikan pengarahan, itu menandakan bahwa diklat fungsional peneliti telah selesai. Panitia juga akan mengumumkan tiga terbaik dari peserta yang dinilai dari aspek perilaku (20%) dan aspek akademis/penguasaan materi (80%). Apabila anda telah merasa bekerja keras dan membaca serta melaksanakan dengan baik beberapa tips dan trik dalam tulisan ini, bersiaplah untuk maju dan menerima penghargaan sebagai yang terbaik ;)

Selamat berdjoeang !

ttd-small.jpg

Category: Research | Visited: 144117 times | Print This Post/Page

Selasa, 18 Maret 2008

BUAYA

Buaya

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari
Buaya
Rentang fosil: Late Cretaceous - Kini
Buaya Nil
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Sauropsida
Ordo: Crocodilia
Famili: Crocodylidae
Cuvier, 1807
Genera

Lihat rinciannya pada taksonomi.

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.

Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.

Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); baya atau bajul (Jw.; bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.


Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Biologi dan perilaku

Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi gastralia
Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi gastralia

Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.

Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²)[1]; bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang cuma 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.

Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu.[2] Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung cerek ini biasa memakan hewan-hewan parasit yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan si cerek masuk membersihkannya.

Patung Saint Theodore of Amasea menginjak seekor buaya (Venesia, Italia)
Patung Saint Theodore of Amasea menginjak seekor buaya (Venesia, Italia)

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secara genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang.[3]

Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya semula (homing instinct).[4] [5] Tiga ekor buaya yang ganas di Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400 km, dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.

Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih erat dengan burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan reptil umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan kelompok pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria (='reptil yang menguasai'[6]).[7]

[sunting] Umur

Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun. [3] Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun. Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia pada usia sekitar 115 tahun.[3]

Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.[8]

[sunting] Ukuran

Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.

Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia.[2] Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.[9]

Dua catatan lain yang terpercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di Sungai Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan. Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.

Penangkaran Buaya Samutprakarn, Bangkok
Penangkaran Buaya Samutprakarn, Bangkok

Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor blasteran buaya muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ใหญ่, berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.

Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Pebruari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut, ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 70–80 tahun.

Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m. Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu. Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.

[sunting] Taksonomi dan penyebaran

Buaya moncong-ramping, Crocodylus cataphractus
Buaya moncong-ramping, Crocodylus cataphractus
Buaya-buaya tengah berjemur
Buaya-buaya tengah berjemur
Buaya Amerika pada La Manzanilla, Jalisco, Mexico
Buaya Amerika pada La Manzanilla, Jalisco, Mexico

Kebanyakan buaya tergolong ke dalam marga Crocodylus. Dua marga lain yang masih hidup anggota suku Crocodylia ini adalah Osteolaemus dan Tomistoma, masing-masingnya bersifat monotipik.

[sunting] Buaya di Indonesia

Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies) buaya yang ditemukan di Indonesia[10], yakni:

Keberadaan buaya Mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan tenggara) baru dilaporkan semenjak 1996. Buaya Kalimantan (diketahui dari Kalimantan Barat dan Selatan) statusnya masih diperdebatkan, mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya dengan buaya air tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya. Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik dengan buaya Irian. Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan Papua, sementara buaya Irian di sebelah utara pegunungan tengah. [10]

[sunting] Kerabat dekat

Aligator dan kaiman (caiman atau cayman) adalah kerabat dekat buaya yang termasuk suku Alligatoridae. Aligator memiliki tubuh mirip buaya, yang terkadang dikelirukan satu sama lain. Bedanya, aligator memiliki moncong yang cenderung lebar ujungnya, bentuk huruf U apabila dilihat dari atas; sedangkan buaya bermoncong lebih sempit meruncing, bentuk huruf V. Gigi ke-4 di rahang bawah buaya berukuran besar dan muncul di sisi luar rahang atas manakala moncongnya terkatup. Gigi-gigi rahang bawah aligator tersembunyi oleh bibir atasnya manakala moncongnya terkatup.

Gavial alias buaya julung-julung adalah jenis buaya lain lagi yang tergolong suku Gavialidae. Buaya ini memiliki tubuh yang gemuk, namun dengan moncong yang panjang dan kurus, bukan tak mirip dengan kepala ikan julung-julung. Buaya ini juga disebut buaya ikan, karena memang makanan utamanya adalah ikan. Selain itu gavial juga hampir sepenuhnya akuatik, dan hanya sesekali naik ke darat untuk berjemur. Crocodylidae, Alligatoridae dan Gavialidae tergolong ke dalam bangsa (ordo) Crocodilia.

Beberapa kerabat buaya yang telah punah, anggota kelompok yang lebih besar lagi, yakni Crocodylomorpha, adalah bersifat herbivora.

[sunting] Buaya dan manusia

[sunting] Serangan buaya

Jenis-jenis buaya bertubuh besar dapat sangat berbahaya bagi manusia. Buaya muara dan buaya Nil adalah yang paling berbahaya, membunuh ratusan orang tiap tahun di pelbagai daerah di Asia Tenggara dan Afrika. Buaya rawa dan mungkin pula kaiman hitam yang terancam punah, juga amat berbahaya. Aligator Amerika kurang agresif dan jarang menyerang manusia apabila tak diganggu.

Peristiwa serangan buaya yang paling banyak memakan jiwa kemungkinan adalah yang terjadi di Burma, 19 Pebruari 1945, semasa Perang Pulau Ramree. Sejumlah 900 orang tentara Kekaisaran Jepang, dalam upayanya untuk mundur dan bergabung dengan dengan pasukan infantri yang lebih besar, telah menyeberangi rawa-rawa bakau sepanjang 10 mil yang dihuni buaya-buaya muara. Dua puluh tentara akhirnya tertawan hidup-hidup oleh pasukan Inggris, dan hampir 500 orang lagi diketahui telah melarikan diri dari Pulau Ramree. Banyak tentara selebihnya yang tewas dimangsa oleh buaya, meskipun senjata tentara Inggris pun tak pelak lagi turut berperan menewaskan pasukan yang malang itu. Di samping nyamuk, buaya tercatat sebagai hewan yang paling banyak menyebabkan kematian di tahun 2001. [11]

[sunting] Kulit buaya

Dompet kulit buaya, produk dari Bangkok Crocodile Farm
Dompet kulit buaya, produk dari Bangkok Crocodile Farm

Meskipun buaya hidup ditakuti orang, namun produk-produk dari kulitnya banyak disukai dan berharga mahal. Kulit buaya diolah untuk dijadikan aneka barang kerajinan kulit seperti dompet, tas, topi, ikat pinggang, sepatu dan lain-lain. Indonesia mengekspor cukup banyak kulit buaya, sekitar 15.228 potong di tahun 2002, dengan negara-negara tujuan ekspor di antaranya ke Singapura, Jepang, Korea, Italia, dan beberapa negara lainnya. Empat perlimanya adalah dari kulit buaya Irian, dan sekitar 90% di antaranya dihasilkan dari penangkaran buaya.[12].

Daging buaya juga dimakan di beberapa negara seperti di Australia, Etiopia, Thailand, Afrika Selatan, Kuba, dan juga di sebagian tempat di Indonesia dan Amerika Serikat.

[sunting] Konservasi

Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan, banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam status dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis (buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong) telah dilindungi oleh undang-undang.[13]

Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam, mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di penangkaran.

GAJAH


Gajah

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari
Gajah

Gajah Afrika menggunakan belalainya untuk meraih daun, Kenya.
Klasifikasi ilmiah
Regnum: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Mammalia
Ordo: Proboscidea
Familia: Elephantidae
Gray, 1821
Genera dan Spesies

Famili Elephantidae (Gajah) adalah famili dari ordo Pachyderm, dan satu-satunya famili yang tersisa dari ordo Proboscidea.

Gajah adalah salah satu hewan yang ada di Indonesia. Gajah adalah mammalia dan merupakan hewan darat terbesar di dunia. Terdapat 2 spesies gajah di dunia yaitu:

  1. Gajah Asia (dulu dikenal dengan nama Gajah India)
  2. Gajah Afrika

Periode kehamilan gajah adalah 22 bulan, terlama dibandingkan hewan darat lainnya. Berat anak gajah pada umumnya 120 kilogram. Seekor gajah bisa hidup selama 70 tahun.

Gajah juga pernah digunakan dalam peperangan sebagai gajah perang, yang digunakan untuk menyerang musuh.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Spesies gajah

Gajah Afrika merupakan hewan darat terbesar di dunia. Sepanjang 55 juta tahun terdapat 500 spesies gajah yang dikenal dan hanya dua spesies yang masih ada yaitu Gajah Asia dan Gajah Afrika. Spesies Gajah Asia dan Gajah Afrika mula berpecah kira-kira dua juta tahun dahulu.

Gajah Asia berbeda daripada Gajah Afrika. Gajah Asia memiliki telinga lebih kecil sedikit daripada Gajah Afrika, mempunyai dahi yang rata, dan dua bonggol di kepalanya merupakan puncak tertinggi gajah, dibandingkan dengan Gajah Afrika yang mempunyai hanya satu bonggol di atas kepala. Selain itu, ujung belalai Gajah Asia hanya mempunyai 1 bibir, sementara Gajah Afrika mempunyai 2 bibir di ujung belalai. Kedua jenis kelamin Gajah Afrika mempunyai gading sementara hanya Gajah Asia jantan yang mempunyai gading yang jelas kelihatan.

[sunting] Karakteristik

Persebaran gajah asia meliputi india, asia tenggara termasuk indonesia bagian barat, Sabah (Malaysia Timur) dan beberapa eropa timur.Sedangkan gajah afrika persebaranya meliputi sebagian besar daratan afrika yang berupa padang rumput.

Di Indonesia, gajah terdapat di Sumatera (gajah sumatera) dan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (gajah borneo)

[sunting] Makanan

Gajah adalah hewan herbivora. Ia menghabiskan 16 jam sehari untuk mengumpulkan makanan tanaman. Makanannya terdiri atas sedikitnya 50% rumput, ditambah dengan dedaunan, ranting, akar, dan sedikit buah, benih dan bunga. Karena gajah hanya mencerna 40% dari yang dimakannya, mereka harus mengonsumsi makanan dalam jumlah besar. Gajah dewasa dapat mengonsumsi 300 hingga 600 pon (140-270 kg) makanan per hari. Enam puluh persen dari makanan tersebut tertinggal dalam tubuh gajah tidak tercerna.

[sunting] Reproduksi

Sebagai anggota dari kelas Mamalia, gajah berkembangbiak dengan cara beranak. Gajah akan menjaga anaknya sampai mampu berdiri.

[sunting] Perilaku sosial

Gajah hidup di dalam urutan sosial yang terstruktur. Kehidupan sosial dari jantan dan betina sungguh berbeda. Betina menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam satu grup keluarga yang terdiri atas ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi. Grup ini dipimpin oleh perempuan tertua. Sedangkan jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri (tidak berkelompok).

[sunting] Pelestarian

Gajah merupakan hewan yang dilindungi karena diburu untuk gadingnya.

HARIMAU KUMBANG

Harimau Kumbang

Harimau Kumbang
frames
Pengelasan saintifik
Alam: Haiwan
Filum: Kordata
Subfilum: Vertebrat
Kelas: Mamalia
Order: Maging
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: P. pardus

HARIMAU KUMBANG


Harimau kumbang adalah haiwan pemangsa yang memakan daging. Nama sainsnya Panthera pardus.

Harimau kumbang mempunyai taburan yang luas dan mempunyai rupa dan memburu mangsa yang yang amat berbeza. Harimau kumbang mungkin mempunyai corak kulit yang berwarna kuning pucat di kawasan gurun, dan kuning tua di kawasan padang rumput. Terdapat juga harimau kumbang yang berwarna hitam keseluruhan tubuhnya. Ini disebabkan penghasilan pewarna hitam yang berlebihan di dalam kulit dan bulunya, tetapi tompok bulunya masih ada walaupun samar-samar.

Harimau kumbang merupakan haiwan yang gemar bersendirian dan mempunyai kawasan pemburuan yang dikawalnya sendiri. Sungguhpun begitu, kawasan perburuan Harimau kumbang jantan mungkin turut merangkumi (bertindan) dengan kawasan pemburuan beberapa ekor harimau kumbang betina

    • Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) - yang terdapat di kawasan hutan hujan dan padang rumput Malaysia, Kemboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
    • Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) - yang terdapat di kawasan hutan hujan dan padang rumput Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.
    • Harimau Cina Selatan (/amoy) (Panthera tigris amoyensis) - yang tinggal di kawasan hutan hujan dan padang rumput tengah dan barat China.
    • Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) - atau juga dikenali sebagai amur, ussuri, harimau timur laut China, atau harimau Manchuria yang tinggal di kawasan hutan hujan dan padang rumput China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Russia.
    • Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) - yang tinggal hanya di kepulauan Sumatera.
    • Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) - yang telah pupus sekitar 1950an. Harimau Caspian ini pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan dan padang rumput Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan kawasan Asia tengah Russia.
    • Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) - yang telah pupus sekitar 1972. Harimau Jawa pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan kepulauan Jawa, Indonesia.
    • Harimau Bali (Panthera tigris balica) - yang telah pupus sekitar 1937. Harimau Bali pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan kepulauan Bali, Indonesia.

Selasa, 11 Maret 2008

ORANG UTAN

ng utan[1]

Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Subfamili: Ponginae
Elliot, 1912
Genus: Pongo
Lacépède, 1799
Tipe spesies
Simia pygmaeus
Linnaeus, 1760
Distribusi Orang utan
Distribusi Orang utan
Spesies

Pongo pygmaeus
Pongo abelii

Orang utan (atau Orangutan) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan, kadang cokelat, yang hidup di Indonesia dan Malaysia .

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Deskripsi

Istilah orang utan diambil dari bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan.

Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.

Orang utan berukuran 1-1,4 m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorila.

Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.

Orang utan jantan memiliki pelipis yang gemuk. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.

Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.

[sunting] Klasifikasi

Orang utan di kebun binatang
Orang utan di kebun binatang

Orang utan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki tulang belakang. Orang utan juga termasuk hewan mamalia dan primata.

Orang utan saat ini merupakan binatang langka, karena manusia terus-menerus merusak habitat mereka dan seringkali pula menjual bayi-bayi mereka secara ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan. Diperkirakan populasi orang utan di seluruh dunia baru-baru ini hanya berjumlah 100.000 ekor. Saat ini telah dikembangkan suaka margasatwa untuk melestarikan populasi mereka di Indonesia dan Malaysia.

[sunting] Lokasi dan habitat

Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.

Orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di Sumatera. Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan.Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai 'Critically Endangered' oleh IUCN. Di Sumatera, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara. Populasi orangutan liar di Sumatera diperkirakan sejumlah 7.300[2]. Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor. Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis. Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. [1] Saat ini hampir semua orangutan sumatera hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.

Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai 'endangered' oleh IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio, diperkirakan secara total populasi liarnya di alam hanya 45.000 hingga 69.000. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.

[sunting] Makanan

Meskipun orang utan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan orang utan adalah buah-buahan. Makanan lainnya a.l.:

  • Daun-daunan
  • Biji-bijian
  • Kulit kayu
  • Tunas tanaman (yang lunak)
  • Bunga-bungaan

Selain itu mereka juga memakan serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil).

Orang utan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.

[sunting] Predator

Predator terbesar orang utan dewasa ini adalah manusia. Manusia (dalam bentuk lembaga/perusahaan tertentu) cenderung berniat untuk membabat habis/menggunduli habitat mereka (hutan hujan tropis). Beberapa orang lain bahkan memperjual-belikan mereka sebagai binatang peliharaan atau diselundupkan ke negara lain untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar. Hal seperti ini membuat populasi orang utan terancam punah.

[sunting] Cara melindungi diri

Orang utan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.

[sunting] Perkembang biakan

Orang utan pada uang kertas lembaran Rp. 500 keluaran tahun 1992.
Orang utan pada uang kertas lembaran Rp. 500 keluaran tahun 1992.

Orang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.

[sunting] Cara bergerak

Orang utan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating. Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.

[sunting] Beberapa fakta menarik

  • Orang utan dapat memegang benda dengan tangan atau kakinya.
  • Orang utan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m.
  • Orang utan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km. Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.
  • Setiap petang, mereka membuat sarang di atas pohon.

[sunting] Referensi

  1. ^ Groves, Colin (16 November 2005). in Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds): Mammal Species of the World, edisi ketiga, Johns Hopkins University Press, 183-184. ISBN 0-801-88221-4.
  2. ^ Requested 10th January 2007; Submitted 27th January, Launched February 6th 2007. Nellemann, C., Miles, L., Kaltenborn, B. P., Virtue, M., and Ahlenius, H. (Eds). 2007. The last stand of the orangutan – State of emergency: Illegal logging, fire and palm oil in Indonesia’s national parks. United Nations Environment Programme, GRID-Arendal,Norway, www.grida.no. ISBN No: 978-82-7701-043-5

[sunting] Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:

Yayasan BOS FNPF yayasan OUREI

[sunting] Galeri